Sasando adalah salah satu alat musik tradisional yang berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Alat musik ini memiliki bentuk yang unik dan menghasilkan suara yang indah, menyerupai instrumen seperti harpa atau kecapi. Sasando bukan hanya sekadar alat musik, melainkan juga bagian dari identitas budaya masyarakat Rote dan warisan leluhur yang sangat berharga. Dalam artikel ini, kita akan membahas sejarah, struktur, cara memainkan, fungsi dalam budaya, serta upaya pelestarian Sasando.

1. Sejarah dan Asal-Usul Sasando

Sasando diyakini telah ada sejak berabad-abad yang lalu di Pulau Rote, dan berkembang dalam kehidupan masyarakat setempat sebagai alat musik tradisional. Menurut legenda lokal, sasando pertama kali ditemukan oleh seorang pemuda bernama Sangguana. Dikisahkan, Sangguana bermimpi berada di sebuah tempat yang indah, di mana dia memainkan alat musik dengan suara yang begitu merdu. Saat terbangun, ia berusaha membuat alat musik yang mirip dengan yang dilihatnya dalam mimpi, yang kemudian menjadi Sasando.

Nama Sasando sendiri berasal dari kata “sasandu” dalam bahasa Rote, yang berarti “alat yang bergetar” atau “berdengung”. Ini merujuk pada getaran senar-senar yang menghasilkan bunyi melodi ketika dimainkan. Sasando awalnya digunakan dalam berbagai upacara adat dan hiburan di kalangan masyarakat Rote, namun seiring waktu alat musik ini mulai dikenal lebih luas di Indonesia dan internasional.

2. Struktur dan Bagian-Bagian Sasando

Sasando terbuat dari bahan-bahan alami yang tersedia di Pulau Rote, seperti bambu, daun lontar, dan senar. Alat musik ini terdiri dari beberapa bagian utama:

  • Tabung Bambu: Bagian inti sasando adalah tabung bambu panjang yang berfungsi sebagai tempat senar-senar diikatkan. Tabung bambu ini memiliki bentuk melengkung, dan di atasnya terdapat sandaran senar.
  • Senar: Senar-senar pada sasando terbuat dari bahan nilon atau usus hewan (pada zaman dahulu), yang menghasilkan nada-nada tertentu ketika dipetik. Senar-senar ini diatur dengan posisi berbeda di sepanjang tabung bambu, sehingga setiap senar menghasilkan nada yang berbeda. Pada sasando tradisional, senarnya bisa berjumlah antara 28 hingga 30 senar, namun pada sasando modern, jumlah senar bisa mencapai 48 atau lebih.
  • Daun Lontar: Di sekitar tabung bambu, terdapat penutup berbentuk seperti kipas yang terbuat dari daun lontar. Penutup ini berfungsi sebagai resonator atau penguat suara, sehingga melodi yang dihasilkan oleh senar-senar sasando terdengar lebih nyaring dan merdu. Bentuk penutup lontar ini menjadi salah satu ciri khas sasando yang mudah dikenali.

3. Cara Memainkan Sasando

Sasando dimainkan dengan cara dipetik menggunakan kedua tangan, mirip dengan cara memainkan harpa. Jari-jari tangan memetik senar yang terpasang pada tabung bambu, menciptakan melodi yang harmonis. Pemain sasando biasanya menggunakan jari-jari tangan kanan untuk memetik senar yang menghasilkan nada tinggi, sementara jari tangan kiri digunakan untuk memainkan nada rendah atau bas.

Teknik bermain sasando membutuhkan keterampilan dan latihan, terutama dalam mengatur jari-jari tangan untuk memetik senar dengan cepat dan tepat. Karena setiap senar memiliki nada yang berbeda, pemain harus menguasai harmoni serta tempo untuk menghasilkan musik yang indah dan menenangkan.

4. Fungsi dan Peran Sasando dalam Budaya Masyarakat Rote

Sasando memiliki peran yang penting dalam kehidupan masyarakat Pulau Rote. Alat musik ini tidak hanya digunakan untuk hiburan, tetapi juga dalam berbagai upacara adat, seperti pernikahan, pesta rakyat, serta ritual keagamaan. Musik sasando sering dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional Rote dan sebagai bagian dari ekspresi rasa syukur atau penghormatan kepada leluhur.

Dalam konteks adat, sasando dianggap sebagai sarana untuk menyatukan masyarakat dalam suasana suka cita. Musik yang dihasilkan dari sasando sering kali memiliki irama yang menenangkan, sehingga mampu menciptakan suasana khidmat dan damai. Dalam acara adat, sasando juga berfungsi sebagai simbol keindahan dan keselarasan hidup, mencerminkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

5. Jenis-Jenis Sasando

Seiring dengan perkembangan waktu, sasando mengalami beberapa perubahan, terutama dalam jumlah senar dan penggunaan teknologi modern. Berikut beberapa jenis sasando yang dikenal:

  • Sasando Tradisional: Sasando tradisional memiliki senar yang terbatas, biasanya antara 28 hingga 30 senar, dan dimainkan dengan teknik sederhana. Sasando ini sering digunakan dalam upacara adat dan pertunjukan budaya tradisional.
  • Sasando Elektrik: Sasando elektrik merupakan inovasi modern yang dilengkapi dengan amplifier untuk memperbesar suara yang dihasilkan. Senar-senarnya lebih banyak, biasanya hingga 48 senar atau lebih, sehingga memungkinkan untuk memainkan melodi yang lebih kompleks. Sasando elektrik sering digunakan dalam pertunjukan musik kontemporer dan festival seni.

6. Upaya Pelestarian Sasando

Meskipun merupakan warisan budaya yang sangat penting, popularitas sasando mulai menurun seiring dengan masuknya alat musik modern dan budaya global. Namun, berbagai upaya telah dilakukan untuk melestarikan sasando, baik oleh pemerintah maupun masyarakat setempat. Beberapa di antaranya adalah:

  • Pengajaran di Sekolah: Sasando mulai diajarkan di sekolah-sekolah di Nusa Tenggara Timur sebagai bagian dari pendidikan seni budaya lokal. Hal ini bertujuan untuk mengenalkan alat musik tradisional kepada generasi muda agar mereka turut melestarikan warisan leluhur.
  • Festival Musik Tradisional: Di beberapa daerah, festival musik tradisional yang menampilkan sasando sering diadakan untuk meningkatkan apresiasi terhadap alat musik ini. Sasando juga mulai dikenal di panggung musik internasional melalui pertunjukan-pertunjukan budaya.
  • Produksi dan Inovasi: Pengrajin sasando di Pulau Rote terus membuat alat musik ini secara tradisional, tetapi juga berinovasi dengan membuat sasando elektrik yang dapat digunakan dalam pertunjukan musik modern. Ini bertujuan untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan meningkatkan popularitas sasando di kalangan masyarakat urban.

7. Pengakuan Internasional

Sasando tidak hanya diakui di tingkat nasional, tetapi juga telah mendapatkan pengakuan di kancah internasional. Beberapa musisi dari Indonesia telah memperkenalkan sasando di berbagai pertunjukan internasional, menjadikannya sebagai alat musik yang mendapatkan apresiasi di luar negeri. Sasando telah tampil di berbagai festival musik dunia, membawa nama Indonesia sebagai negara dengan kekayaan budaya yang luar biasa.

Kesimpulan

Sasando adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang tidak hanya unik secara fisik, tetapi juga memiliki nilai-nilai sejarah dan spiritual yang mendalam. Keindahan dan keunikan sasando terletak pada bunyinya yang merdu, cara pembuatannya yang alami, serta perannya dalam kehidupan sosial masyarakat Pulau Rote. Meskipun tantangan modernisasi terus menggerus keberadaan musik tradisional, sasando tetap menjadi salah satu simbol kekayaan budaya yang terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Indonesia.

Melalui upaya pelestarian dan pengenalan sasando kepada generasi muda, diharapkan alat musik tradisional ini tetap hidup dan terus dimainkan, tidak hanya di Pulau Rote, tetapi juga di seluruh Indonesia dan dunia.